PANGERAN ASTAPATI
CUPLIKAN RIWAYAT HIDUP RADEN WIRASUTA
BERGELAR
PANGERAN ASTAPATI
![]() | |
| PANGERAN ASTAPATI sebagai dilihat oleh pelukis Yasin Assiry |
Konon diriwayatkan, bahwa pada zaman permulaan masuknya agama Islam ke negeri Pajajaran; terdapatlah 25 orang putra Raja terakhir, yang memerintah negeri tersebut, yang menghindar dan menyingkirkan diri, dari dahsyatnya penyerbuan ajaran Tauhid yang baru itu, ke sebelah Selatan lembah Parahiang, yang mereka namakan : Daerah Rawayan.
Di daerah yang baru itu, mereka masing-masing, mendirikan negara-negara kecil, hampir menyerupai pengelompokan, yang mereka beri nama Salawe Negara, (Salawe=25) dan masing-masing pemimpin disebut Pu'un. Syahdan, salah seorang diantara mereka, mendiami daerah Cikeusik, suatu daerah jauh disebelah Selatan Banten, di pesisir pantai Samudera Indonesia, dan bergelar Batara Patandjala.
Di kemudian hari, salah seorang putranya yang bungsu, menguasai daerah Cikartawana, dengan gelar Batara Bungsu, namun oleh rakyatnya lebih dikenal dengan sebutan Dukun Putih.
Batara Bungsu atau Dukun Putih inilah, merupakan Ayah dari Raden Wirasuta. Ketika Raden Wirasuta meningkat usia remaja, beliau dikaruniai ilham, berupa impian, yang mengisyaratkan bahwa belahan bumi nun jauh disana, tengah terjadi pergolakan maha dahsyat; disebabkan oleh lahirnya suatu agama baru, yang dinamakan orang Agama Islam.
Impian yang beliau alamai itu, amat berkesan dilubuk hati sanubari jiwanya, sehingga amat berpengaruh di alam fikirannya, sehingga lahirlah pada dirinya, suatu keinginan yang berkoar serta tak terbendung oleh apapun, untuk mencari dan menghayati ajaran Tauhid dimaksud.
Syahdan, setelah Raden Wirasuta tamat berguru, serta menguasai segala ilmu tradisionil, yang harus beliau pelajari selaku seorang keturunan raja-raja, beliau memberanikan diri untuk bertanya kepada gurunya; dimana dan kepada siapakah gerangan beliau dapat menuntut dan memperoleh ajaran agama islam.
Sang guru sejenak tertegun dan heran atas pertanyaan sang murid yan diluar dugaanya itu, beliau tak kuasa menjawab, bahkan baru mendengar hal yang dikemukakan muridnya, namun dengan penuh bijaksana beliau memberi saran, agar sang murid mencari kearah utara, sambil menelusuri arus sungai Cisimeut, hingga bermuara ke laut.
Konon disana terdapatlah suatu Kerajaan baru yang megah, dimana Ratu beserta rakyatnya menganut ajaran-ajaran yang dicarinya itu, setiba disana hendaknya sang murid mengadikan diri kepada Sinuhun Kerajaan dimaksud. Setelah cukup menerima wejangan petunuk dari Sang Guru yang dihormatinya itu, Raden Wirasuta segera menghadap kedua orang tuanya, dan beliau mengutarakan pengalaman impian yang diperolehnya, sehingga menimbulkan keresahan dan rindu hati yang tak tertahankan untuk segera mencari dan menyelami ajaran-ajaran baru dimaksud, agar mengenal dan bersembah sujud kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta.
Setelah Raden Wirasuta memperoleh do'a restu dari seluruh keluarganya, dengan lega dan besar hati, beliau meninggalkan dusun tempat tumpah darahnya, dimana sebetulnya beliau sudah merasa disrinya kesempitan dan memulai perantauannya.
Dengan melintasi gunung-gunung dan hutan rimba belantara, penuh bahaya dengan binatang buasnya, dan daerah-daerah yang belum terinjak kaki manusia, berjalanlah Raden Wirasuta dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Konon menurut yang punya cerita selama, perjalanan jauhnya Raden Wirasuta mempertahankan kelangsungan hidupnya, dengan memakan buah-buahan dan daun-daun muda yang beliau temukan di dalam hutan, bahkan juga menerima banyak bantuan dari berbagai jenis hewan, diantaranya :
1. Sejenis belut sungai yang berkuping, lebih dikenal dengan sebutan Lubang, yang senantiasa
membantunya dalam menyebrangi sungai.
2. Sejenis kerbau hutan betina, khususnya yang berkulit bule (albino), dan lebih dikenal dengan
Kebo Jarah, sebagai pemberi susu, pelepas dahaga dan penguat tubuh.
3. Sejenis waluh hutan, lebih dikenal dengan sebutan buah Germuk, sebagai pengisi perut lapar.
Dikemudian hari, ketiga jenis penolong tersebut diatas, dijadikan barang tabu untuk dimakan bagi para keturunannya.
Setibanya Raden Wirasuta di kuala sungai Cisimeut, yang pada bagian ujungnya beralih nama menjadi Ciujung, dan merupakan pulu tujuan akhir dari perjalanan jauhnya, ditemuilah suatu Kerajaan Kesultanan Banten, dengan Ratunya yang termashur amat arif bijaksana, bernama Sultan Abdulfatkhi Abdul Fatah, bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Kepada Sri Baginda Ratu inilah, Raden Wirasuta mengabdikan dirinya sesuai petunjuk gurunya.
Bermula hanya seebagai seorang abdi dalem biasa, namun karena pada dasarnya itu masih keturunan raja-raja yang berilmu tinggi, maka segera tampaklah keterampilannya di segala bidang, penonjolannya terutama dalam ilmu perang, sehingga dalam waktu singkat, Sri Baginda Ratu berkenan mengangkatnya menjadi sala seorang hulubalang dalam angkatan perangnya. Bahkan sekaligus dijadikan seorang bangsawan, sehingga Raden Wirasuta beralih nama menjadi Raden Adipati Aria Akmaldiningrat, dan Sri Baginda Ratu berkenan pula, mengambil mantu padanya dengan menganugerahkan salah seorang putrinya, yang lahir dari seorang garwa-selir sebagai pendamping hidupnya.
Namun pada tahun1663, dalam usaha beliau menumpas suatu kemelut, yang terjadi di tanah jajahan lampung, tengah beliau bersembahyang Maghrib dan bertakbir, menyeruka Kebesaran Tuhannya, beliau tertembak sebuah anak panah beracun, tepat mengenai salah sebuah telapak tangan, yang menewaskannya. jenazahnya diangkut kembali ke Banten, dan tempat dimana malapetaka itu terjadi hingga kini disebut orang Prabu Mulih.
Atas segala jasa-jasa dan kesetiaan beliau, terhadap nusa dan bangsa, khususnya Kerajaan Kesultanan Banten dan rakyat Banten, Sri Baginda Ratu berkenan menganugerahkan gelar anumerta Pangeran Astapati, yang bermakna Asta = tangan dan Pati = ajal atau maut. (Dikutip : SILSILAH KETURUNAN PANGERAN ASTAPATI BUKU KEDUA)

Maaf mau tanya, sumber yang di tulis dikutip dari Silsilah Keturunan Pangeran Astapati Buku Kedua itu didapatkan dari mana yaa? Penulisnya siapa yaa.. Soalnya saya mau buku itu..
BalasHapusMaaf klo boleh nama lengkap dan akun medsos
HapusSaya pegang silsilah keturunan pangeran astapati buku ke lima
BalasHapusAda ig ato email
Hapusbisakah saya mendapatkan bukunya, dan saya teturunan Rd. Wirasuta
BalasHapusemail saya raditeadjie05@gmail.com
BalasHapus